HaCkEd By RxR HaCkEr

 

HaCkEd By RxR HaCkEr

just for fun

GeNErAL ~ Error 7rB
Skype:a.789a

Posted in Knowledge Management, Popular Topic | Leave a comment

Inovasi dan imitasi

Keberhasilan seorang wirausaha akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru (thinking and doing new things or old thing in new ways). Pakar manajemen, Peter F Drucker, menyebutkan inovasi yang berhasil adalah hasil pencarian dengan penuh kesadaran dan bertujuan mengantisipasi munculnya peluang inovasi yang hanya ditemukan dalam segelintir situasi. Proses inovasi adalah mengenai cara perusahaan menghasilkan, melakukan evaluasi, dan mengimplementasikan solusi-solusi kreatif yang akhirnya memudahkan perusahaan mencapai dan memperbarui bisnisnya dalam konteks global. Mencetuskan inovasi dalam perusahaan bukanlah aktivitas yang mudah. Inovasi harus dikembangkan dengan pengelolaan interaksi dari berbagai proses dan didukung budaya untuk selalu bertanya. Inovasi bukan hanya tanggung jawab bagian R&D, tetapi harus menyebar di setiap sisi perusahaan dalam semua proses dan pikiran semua karyawan. Dari keterangan diatas apakah entrepreneurship perlu berciri sesuatu yang baru. Padahal dalam praktek sehari-hari, tampaknya wirausaha dalam arti luas tak perlu sesuatu yang baru. Banyak bisnis yang berhasil karena meniru bisnis orang lain (Me-too business) dan ternyata juga bisa menghasilkan uang yang memadai, terutama untuk bisnis tradisional dan UKM. Jelas anda perlu punya sikap entrepreneur! Bayangkan, kalau semua orang berpikir me-too, pada akhirnya bisnis anda akan mencapai stagnasi– tak lagi ada perkembangan yang berarti. Mungkin pada awalnya kesuksesan pada bisnis anda mungkin bisa dicapai hanya melalui cara konvensional. Akan tetapi segera setelah perusahaan Anda mencapai sukses, orang lain juga akan mempelajari kekuatan unik Anda dan menirunya (imitation).

Posted in Knowledge Management, Popular Topic | Leave a comment

Laboratorium Entrepreneurship

Laboratorium Entrepreneurship adalah katalisator untuk menghasilkan entrepreneur terdidik. Untuk itu didalamnya tidak cukup dipelajari tentang karakter entrepreneurship dan kepedulian sosial.

Ada 3 dimensi utama yang ditawarkan setiap Laboratorium Entrepreneurship :

1. Entrepreneurial Characters

2. Social Awareness

3. Business Skill

Proses untuk mendapatkan ketiga kompetensi dasar tersebut sebenarnya bisa dilakukan di dunia kerja. Entrepreneur yang berangkat dari dunia profesional umumnya memerlukan sekitar 3-5 tahun untuk mempelajari ketiganya sebelum membangun bisnis sendiri.

Justru dengan ada nya Laboratorium Entrepreneurship, proses yang sedianya terjadi di dunia kerja dicoba untuk dilakukan sistematis dimasa perkuliahan. Dalam Laboratorium Entrepreneurship perlu dirancang modul-modul praktikum yang terintegrasi dengan rangkaian-rangkaian mata kuliah sehingga terjalin kurikulum yang solid.

Disadur : “Laboratorium Entrepreneurship” oleh Eko Suhartanto

Posted in Knowledge Management, Popular Topic | Leave a comment

Budaya Perusahaan

Case : Toyota

Akhir 2009 sampai pada kuartal pertama 2010,  Toyota mengalami bnyak masalah dengan kualitas produknya (pedal gas, kemudi, rem, dan potensi korosi pada tire carrier cable) bahkan telah menyebabkan kematian pengendaranya sehingga harus di recall. Kasus ini mengejutkan karena Toyota selama ini dianggap sebagai “perpustakaan hidup” management kualitas pada produk dan layanan, ternyata harus menghadapi permasalahan kualitas produk.

Pemeringkatan versi Forbes pada edisi awal 2010 menempatkan Toyota turun peringkat menjadi 360 dari tahun sebelumnya di peringkat tiga. Ini terjadi karena recall 10 juta unit, 55 kasus kematian, 97 kasus gugatan pemerintah USA, 138 gugatan pelanggan, dan Toyota membayar kepada pemerinta USA sebesar $16,4jt (Rp. 148,58 miliar). Jumlah uang gugatan tersebut hanya untuk kasus gugatan Toyota menunda recall pedal gas yang cacat (detik.com, 2010).

Kasus penagihan merupakan kasus sikap korporasi. Sebab pada awalnya perusahaan tidak pernah memberitahukan kepada calon konsumennya bahwa jika terdapat masalah maka, “Anda akan ditagih oleh penagih dengan cara sakastik”. Kalau salah tagih pun sering tanpa permintaan maaf.

Budaya perusahaan dapat dijadikan referensi untuk membuat berbagai program untuk keempat pertanyaan

1. Sejauh mana perusahaan mengembangkan program-program?

2. Apakah lingkungan organisasi mendukung budaya inovasi?

3. Apakah didalam organisasi terdapat nilai-nilai yang mengarahkan, menginspirasi individu berinovasi?

4. apakah pimpinan puncak menetapkan sasaran inovasi yang jelas?

 Sebab budaya perusahaan dapat berperan penting pada program-program untuk mengembangkan dan mempertahankan keterlibatan dalam organisasi dan dedikasi individu untuk berinovasi.

Disadur : “Budaya Perusahaan” oleh Willem Dagi

Posted in Case Study Knowledge Management, Knowledge Management | Leave a comment

Kaum Maverick

Maverick asal katanya dari nama Samuel Maverick yang pada tahun 1845 menerima 400 ekor sapi untuk pembayaran hutan. Sapi-sapi tersebut oleh Maverick tidak dicap sebagai tanda kepemilikannya. Justru ternak-ternak tersebut dibiarkan berkeliaran sehingga tumbuh berbadan kuan dan bertanduk panjang. Maka sejak saat itu sapi yang bertanduk panjang disebut Maverick. Dalam ilmu psikologi org bertipe Maverick adlah seorang yang tidak terikat.

Tindakan itu sering sulit dipahami, bahkan pendapat mereka sering tidak diterima oleh kelompok kebanyakan karena keunikan pendapatnya. Perusahaan seharusnya membutuhkan pada kaum Maverick untuk mendobrak pemikiran umum yang cenderung seragam. Sebab tipe kaum ini selalu menekankan pada analisis, kritik, argumentasi, dan menggali dasar-dasar asumsi.

Tipe manager cerdas yang matang, pendengar yang baik, memiliki kemampuan intelektual dan manajerial sangat sesuai untuk mengelola tipe Maverick yang berpotensial besar untuk melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif.

Dilain pihak, kaum Maverick adalah pelanggar nilai-nilai budaya perusahaan, bukan untuk menghancurkan perusahaan tetapi untuk lebih menyempurnakan nilai-nilai tersebut dengan selalu mengembangkan ide-ide dinamis dan evolutif.

Disadur : “Kaum Maverick” oleh Willem Dagi

Posted in Case Study Knowledge Management, Knowledge Management | Leave a comment

Inovasi Mendobrak Penghindaran Iklan

Case Study : Ambient Advertising

Tuntutan untuk membuat pesan yang mampu menggugah perhatian konsumen telah menginspirasi munculnya ide-ide kreatif dalam berkomunikasi. Intinya bagaimana membuat iklan yang memiliki eksposur kuat sehingga mampu menggugah perhatian. Pesan yang lemah tidak mampu membangkitkan eksposur sehingga alih-alih bisa menancap ke benak konsumen, membuat konsumen melirik pun tidak.

Bagaimana KM inovasi yang diterapkan oleh perusahaan Ambient Advertising dalam melakukan inovasi dan menjawab tantangan tersebut?

Kita bisa menyimak contoh-contoh real berikut ini :

images1

Produsen jam tangan ini mencoba memberikan pengalaman pada konsumen merasakan lebih dulu tampilan jam tangan itu di pergelangan tangan. Seperti pesan tertulis : “Try it here, the big Pilot’s Watch”. Iklan ini seperti juga menyebabkan konsumen sulit menghindari eksposur saat meraih pegangan tangan tersebut. Disini ada gabungan antara eksposur yang dipaksa dan pengalaman.

images

Contoh lainnya adalah PlayStation. Produsen piranti permainan yang populer dengan sebutan PS ini juga berupaya memanfaatkan ambient advertising. Kali ini dipilihlah urinoir atau tempat kencing pria. PS2 memanfaatkan ikon-ikon tombolnya yaitu tanda silang, segitiga, lingkaran dan kotak. Ikon-ikon ini tampak jelas terlihat di bagian dasar urinoir. Para remaja pria yang akan buang air kecil, pasti akan melihat ke bawah sehingga terciptalah eksposur yang dipaksa. Belum cukup disini, pria yang buang air kecil seolah dapat bermain dengan tombol-tombol PS. Ini sesuai dengan makna PS sebagai penyedia mesin permainan.

Posted in Case Study Knowledge Management, Knowledge Management | Leave a comment

Strategic Knowledge Management

Knowledge adalah badan dari cognition dan skill yang digunakan seseorang untuk solve problem.

Knowledge terdiri dari practical dan theoritical

Area yang menjadi konsentrasi knowledge :

1. Sesuatu, apa dan akan menjadi apa?

2. Bagaimana sesuatu yang tacit itu menjadi nampak atau terjadi?

seseorang punya knowledge tetapi berbeda-beda kedalamannya.

con : facebook, setiap orang berbeda-beda menggunakan facebook. Ada yang sebagai sarana untuk mencari teman, berjualan, dsb.

 

Information Management :

– Policies Guideline

– Policies Data Store

– Improve Information

Knowledge Management :

– Improve information

– KM intelektual

– KM Culture

– KM Integration

– Capture tacit

– Collaboration environtment

– Extend KM

– Identify Subject

Tacit Knowledge (pengalaman), harus dengan cara sharing knowledge agar menjadi explicit knowledge.

Memanage knowledge yang baik, biasanya perusahaan membayar orang pintar dengan mahal, lalu memintanya untuk sharing knowledge (bisa internal/ eksternal). 

Tacit Knowledge :

– Technical (berupa skill)

– Cognitif (berupa knowledge atau pengetahuannya)

Posted in Knowledge Management, Personal Knowledge Sharing | Leave a comment

Pencarian tanpa henti

Melakukan inovasi produk atau layanan dapat dianalogikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Gambar  1 memperlihatkan analogi pengembangan konsep produk dengan pengambilan keputusan.

pengambil kputusan vs pengembang konsep

Gambar 1 : Pengambilan keputusan vs pengembangan produk

Dalam proses pengambilan keputusan, kita selalu mengawali dengan mengenali problem sesungguhnya yang ingin diselesaikan. Tujuannya adalah solving the right problem right! Dalam pengembangan konsep produk, problem dinyatakan dalam product opportunity gap (POG). POG ini adalah suatu oportunitas yang harus dicari oleh setiap innovator. Perlu diingat bahwa POG masih concept-independent, belum menjelaskan seperti apa produk yang akan dihasilkan.

Sebagai contoh, lewat kegiatan observasi mendalam tehadap para professional yang bekerja rutin seharian, ternyata tidak sedikit dari mereka kurang memiliki daya tahan yang tinggi; kebugaran dan kesegaran mereka tidak prima. Oportunitas berupa kebugaran inilah yang akan ditangkap oleh para innovator. Bagi innovator di perusahaan farmasi, oportunitas kebugaran ini akan dijawab lewat produk-produk suplemen baru. Bagi innovator di perusahaan pembuat fitness equipment, mereka akan menghasilkan produk-produk baru yang memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaannya dengan tetap mampu meningkatkan kebugaran penggunanya.

Dalam lanskap persaingan bisnis yang disesaki oleh praktik-praktik kelatahan dan keseragaman, kejelian dalam mengidentifikasi oportunitas-oportunitas baru menjadi keharusan.

Setiap pelaku bisnis sudah harus mulai mengembangkan kompetensi dalam mengidentifikasi oportunitas baru. Inilah yang membedakan pemenang dari pecundang dalam persaingan.

Review dari “D-Thinking” oleh Ade Febransyah

Posted in Knowledge Management, Personal Knowledge Sharing | Leave a comment

Metode Memahami perilaku konsumen

Selalu menjadi tantangan bagi setiap time research and development produk untu menemukan produk baru yang bisa sukses dipasaran. Bagaimana pebisnis dalam memahami perilaku konsumennya?

Selama ini, ada berbagai metode yang digunakan untuk memahami perilaku konsumen.

Pertama, survey.

Metode ini berbasis kuantitatif yang utamanya mengandalkan kuesioner didampingi pewawancara sebagai sarana untuk memperoleh informasi perilaku konsumen, termasuk pendapat mereka terhadap calon produk baru yang akan dipasarkan. Asumsi utamanya adalah apa yang dikatakan atau diisi oleh konsumen dalam kuesioner tersebut sesuai apa yang sehari-hari dikerjakannya. Dengan demikian diharapkan ada konsistensi yang kuat antara perkataan dan perbuatan. Misal, sebuah kuesioner disebar ke sejumlah konsumen. Dalam kuesioner tersebut terdapat pertanyaan mengenai kecenderungan responden akan membeli produk tersebut. Apabila sejumlah besar responden menyatakan akan segera membeli produk tersebut maka dengan asumsi utama yaitu konsistensi, bisa disimpulkan apa yang dikatakan melalui kuesioner tersebut benar akan segera membeli produknya.

Kedua, metode diskusi kelompok (Focus Group Discussion)

Metode ini berbasis kualitatif, mengandalkan moderator untuk memperoleh informasi perilaku konsumen. Asumsi utamanya adalah interaksi di antara konsumen dalam kelompok tersebut terhadap calon produk baru yang akan dipasarkan, menggambarkan interaksi sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, dengan memahami interaksi antar konsumen, pemasaarn produk baru tersebut akan menyesuaikan interaksi.

Kedua metode tersebut sering dilakukan saat proses research and development, akan tetapi masih saja sering terjadi kegagalan produk baru.

Disadur dari : “inovasi produk” oleh Eka Ardianto

Analisa

Terjadinya kegagalan pada proses research and development untuk menghasilkan produk baru, mungkin bukan karena kesalahan dari metode yang telah digunakan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu inovasi gagal dijelaskan oleh  (O’Sullivan, 2002) :

  1. Lemahnya Leadership
  2. Lemahnya Organization
  3. Lemahnya Communication
  4. Lemahnya Empowerment
  5. Lemahnya Knowledge Management

Bisa juga kegagalan dalam proses inovasi disebabkan oleh 5 type kesalahan, yaitu :

  1. Poor goal definition
  2. Poor alignment of actions to goals
  3. Poor participation in teams
  4. Poor monitoring of results
  5. Poor communication and access to information
Posted in Knowledge Management, Personal Knowledge Sharing | Leave a comment

Complex Adaptive System (CAS)

Pada awalnya, complex adaptive system (CAS) dikembangkan dalam complexity theory, yang banyak dibahas serta digunakan akademis dan peneliti  dalam ilmu alam atau ilmu pasti (natural science), seperti : biologi, kimia, fisika, dan ekologi.

Complex theory pada prinsipnya mempelajari bagaimana segala sesuatu yang ada di alam raya, termasuk zat-zat dan organ-organ dalam tubuh manusia yang masing-masing unik dan berbeda, namun saling terkait dan membutuhkan satu sama lain, serta dapat bekerja sama dengan harmonis sehingga semua dapat melangsungkan tujuan hidupnya, yaitu untuk terus berkembang, berevolusim dan bereproduksi dengan baik.

Ada beberapa definisi tentang CAS :

1. jaringan dinamis banyak agen (yang mungkin merupakan sel-sel, spesies, individu, perusahaan, bangsa-bangsa) bertindak secara paralel, terus-menerus bertindak dan bereaksi terhadap apa yang agen-agen lain lakukan. Kontrol dari CAS cenderung tersebar luas dan desentralisasi. Jika ada akan ada perilaku koheren dalam sistem, itu harus timbul dari persaingan dan kerjasama antar para agen sendiri. Perilaku keseluruhan sistem adalah hasil dari sejumlah besar dari keputusan yang dibuat setiap saat oleh banyak individu (Holland, 1992).

2. Complex adaptive system (CAS) adalah sistem yang memiliki dua karakteristik, yaitu kompleks dan berkemampuan untuk beradaptasi. Suatu sistem dikatakan mampu beradaptasi apabila dapat menghasilkan suatu prosedur  atau strategi yang memungkinkan komponen-komponennya menyesuaikan diri atau beradaptasi secara efisien dalam lingkungan yang berbeda (Holland, 1962). Sehingga dapat dikatakan bahwa kata kunci dari suatu CAS adalah adaptasi dan efisien. Namun, semakin tinggi kemampuan suatu CAS untuk beradaptasi, semakin sulit pula diprediksi prilakunya. Sehingga tidak bagi kestabilan sistem tersebut.

Axelrod & Cohen [5] melakukan identifikasi beberapa model perspektif :

  • Strategy, sebuah pola yang dibuat untuk menentukan apa yang akan dilakukan
  • Artifact,merupakan  sumberdaya material yang mendefinisikan lokasi dan merespon aktivitas agent
  • Agent, kumpulan dari properties, strategies & capabilities untuk berinteraksi dengan artifacts & agents lainnya
  • Population, kumpulan agents, atau didalam situasi dan kumpulan strategi
  • System, kelompok besar terdiri dar satu atau lebih populasi dari agent dan kemungkinan artifacts.
  • Type, smua agents (atau strategi) dalam populasi yang memiliki karakteristik
  • Variety, perbedaan dari tipe dan strategi
  • Interaction pattern, keteraturan yang berulang dari kontak antara jenis dalam sebuah sistem
  • Space (physical), lokasi tempat dan waktu dari agents dan artifacts
  • Space (conceptual), “lokasi” dalam satu set kategori terstruktur sehingga agen akan cenderung berinteraksi
  • Selection, proses mengarah pada peningkatanfrekuensi atau penurunan frekuensi berbagai jenis agen atau strategi
  • Success criteria or performance measures, sebuah “nilai” yang digunakan oleh sebuah agen atau desainer dalam menghubungkan kredit dalam pemilihan relatif berhasil (atau gagal) strategi atau agen.

Untuk itu syarat bagi keberhasilan suatu CAS adalah :

Pertama, masing-masing komponennya dapat beradaptasi dengan efisiensi.

Kedua, memiliki suatu mekanisme internal yang mampu menjaga kestabilan sistem secara sukarela, serentak, dan otomatis tanpa diperintah.

Dengan kata lain, sistem ini mampu mengendalikan dirinya sendiri atau melakukan self organization.

Disadur dari : “Merangkul Kompleksitas dan Krisis untuk Trobosan Inovasi” oleh Lenny Sunaryo

Posted in Knowledge Management, Popular Topic | Leave a comment