Budaya Perusahaan

Case : Toyota

Akhir 2009 sampai pada kuartal pertama 2010,  Toyota mengalami bnyak masalah dengan kualitas produknya (pedal gas, kemudi, rem, dan potensi korosi pada tire carrier cable) bahkan telah menyebabkan kematian pengendaranya sehingga harus di recall. Kasus ini mengejutkan karena Toyota selama ini dianggap sebagai “perpustakaan hidup” management kualitas pada produk dan layanan, ternyata harus menghadapi permasalahan kualitas produk.

Pemeringkatan versi Forbes pada edisi awal 2010 menempatkan Toyota turun peringkat menjadi 360 dari tahun sebelumnya di peringkat tiga. Ini terjadi karena recall 10 juta unit, 55 kasus kematian, 97 kasus gugatan pemerintah USA, 138 gugatan pelanggan, dan Toyota membayar kepada pemerinta USA sebesar $16,4jt (Rp. 148,58 miliar). Jumlah uang gugatan tersebut hanya untuk kasus gugatan Toyota menunda recall pedal gas yang cacat (detik.com, 2010).

Kasus penagihan merupakan kasus sikap korporasi. Sebab pada awalnya perusahaan tidak pernah memberitahukan kepada calon konsumennya bahwa jika terdapat masalah maka, “Anda akan ditagih oleh penagih dengan cara sakastik”. Kalau salah tagih pun sering tanpa permintaan maaf.

Budaya perusahaan dapat dijadikan referensi untuk membuat berbagai program untuk keempat pertanyaan

1. Sejauh mana perusahaan mengembangkan program-program?

2. Apakah lingkungan organisasi mendukung budaya inovasi?

3. Apakah didalam organisasi terdapat nilai-nilai yang mengarahkan, menginspirasi individu berinovasi?

4. apakah pimpinan puncak menetapkan sasaran inovasi yang jelas?

 Sebab budaya perusahaan dapat berperan penting pada program-program untuk mengembangkan dan mempertahankan keterlibatan dalam organisasi dan dedikasi individu untuk berinovasi.

Disadur : “Budaya Perusahaan” oleh Willem Dagi

About cheria

just ordinary people
This entry was posted in Case Study Knowledge Management, Knowledge Management. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *