Supply Chain Evolution : Survival of The Fittest

Perjalanan manajemen rantai pasokan dari masa ke masa berawal dari zaman “desentralisasi purchasing“. Era ini berlangsung pada sekitar tahun 1950-1980-an. Saat itu proses pengadaan barang dilakukan setiap divisi dalam perusahaan. Efeknya adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan (procurement cost) menjadi sangat tinggi. Rantai pasokan masih sebatas aktivitas jual-beli antara supplier dan customer (procurement/purchasing) semata (Cousins,  2002). Pada masa itu juga rantai pasokan hanya berkutat pada pengiriman barang supaya sampai ke konsumen di waktu, jumlah, dan tempat yang tepat (Levy, 2010).

Ilmu pengetahuan, teknologi, kondisi lingkungan, globalisasi, adalah beberapa faktor yang menstimulasi perubahan-perubahan dalam supply chain sehingga inovasi menjadi harga mati bagi pelaku bisnis.

Pebisnis yang tidak mampu mengadopsi teknologi dapat dipastikan akan kalah dalam persaingan. Melihat perkembangan rantai pasokan berimigrasi dari build to stock ke build to order, dikarenakan yang diutamakan oleh konsumen adalah semakin personal dan customized, hal ini menuntut pelaku bisnis untuk mencapai 4 hal (Muzumdar, 2001) :

1. Real time visibility (pada seluruh rantai supply)

2. Flexibility (of supply and sourcing options)

3. Responsiveness (terhadap perubahan demand dan lead-time produk)

4. Rapid new-product introductions (berdasarkan trend konsumen dan tuntutan lingkungan)

Teknologi informasi memudahkan pelaku bisnis untuk mencapai keempat hal diatas. Sebagai contoh: real time visibility dapat dicapai melalui proses memonitor demand dan kejadian-kejadian yang tidak terprediksi dan ketika hal itu terjadi mengharuskan pelaku bisnis melakukan kolaborasi diseluruh elemen rantai supply-nya dan ini hanya dapat terwujud melalui penerapan sistem informasi di seluruh elemen rantai pasokan.

phased of evolution in supply chainKe depannya kita tidak akan pernah tahu pasti apa yang akan terjadi, hanya bisa memprediksi dan bersiap untuk menghadapi tuntutan-tuntutan yang akan muncul di masa depan. Maka dari itu kemampuan memprediksi dan membaca (forecast and foresight) masa depan serta kemampuan untuk berinovasi secara cepat adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku bisnis. Mereka yang mampu memprediksi, beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi dengan semua elemen lain dalam rantai-rantai pasokan, merekalah yang akan tetap bertahan dan menang (survival of the fittest).

Reference :

1. Muzumdar, M. (2001). The Evolution of Supply Chain. APICS- Performance Advantage, 1-8

2. Cousins, P., Lawson, B.,Squire, B. (2007). Strategic Supply Management. Blackwell Publisher

3. Anggara, Rachmat. A. (2010). Ketika kolaborasi menjadi kunci berinovasi. Prasetiya Mulya Publisher. 116-119

Phased of Evolution ini Supply Chain
50-80’s 80-90’s 90-2000’s 2000-current
cost focus functional integration e-integrated collaboration supply chain ethics
demand focus limited collaboration external and internal integration sustainability supply chain
functional decision business process focus value network focus increase in level of risk
logistics issues increase efficiency and effectiveness deep cost cutting customer value proposition focus

About cheria

just ordinary people
This entry was posted in Knowledge Management, Popular Topic. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *