Inovasi Broadband

Jakarta – Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang sangat pesat. Penerapannya sudah merasuk ke berbagai kehidupan, baik kehidupan pemerintahan (e-Government), pendidikan (e-education), komersial (e-commerce), bahkan sampai ke dalam kehidupan rumah tangga.

Walau masih belum optimal seperti yang diharapkan, namun keberadaannya telah membuat banyak perubahan. Tanpa disadari perubahan tersebut telah memberikan hasil produktivitas yang baik tetapi juga membuat masyarakat resah dengan informasi yang kontra produktif.

Inovasi pada hakikatnya adalah suatu karya yang memberikan suatu kebaruan dalam bentuk produk, jasa atau sistem yang memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarakat.

Penghasil TIK yang terdiri dari peneliti, akademisi dan industri tentu berharap karyanya bisa mempunyai arti dalam kehidupan dan memenuhi kebutuhan manusia.

Kebutuhan (market driven) informasi di antaranya adalah: pertama, pengiriman informasi yang lebih cepat sampai ke tujuan (faster). Kedua, kapasitas penyimpanan informasi bisa berlipat ganda (larger) dengan piranti yang kecil (smaller). Ketiga, informasi bisa dikirim dan diakses di mana saja dan kapan saja (ubiquitous/mobile). Keempat, informasi yang dikirim menghasilkan pengetahuan yang cerdas (smarter).

Hasil penelitian yang dihasilkan oleh berbagai peneliti baik yang dipublikasikan dalam karya ilmiah maupun tidak, telah dikembangkan menjadi produk oleh industri, seperti karya jaringan, terminal, maupun akses pita lebar (broadband innovation).

Inovasi produk tersebut di antaranya adalah jaringan tulang punggung serat optik, jaringan akses 3G maupun 4G seperti Wimax dan LTE. Sementara itu di teknologi terminal, telah lahir teknologi konvergensi, seperti iPhone, BlackBerry, Nokia, iPad dan lainnya yang bisa melakukan komputasi, telekomunikasi maupun menonton TV dalam satu terminal.

Para peneliti maupun industriawan baik manufaktur maupun operator tentu terus bergerak sesuai dengan kepentingannya. Persaingan menjadi timbul pada saat menerapkan teknologi tersebut kepada masyarakat luas. Berebut pengaruh, termasuk kue bisnis yang ingin dikuasai.

Selain komunitas peneliti, pengembang dan industri, ada satu komunitas lagi yaitu komunitas pengguna. Komunitas pengguna bisa dibagi dalam berbagai segmen, seperti perusahaan, pemerintahan, orang tua, remaja dan anak-anak.

Masing-masing segmen bisa sangat berbeda kebutuhannya, termasuk pengaruh yang disebabkan karena informasi, baik yang bersifat pendidikan maupun informasi yang memuat pornografi, penghinaan dan kekerasan.

Banyak contoh kasus akhir-akhir ini baik yang sifatnya positif maupun negatif, mulai transaksi perdagangan yang semakin mudah dan murah sampai kasus video mirip Ariel, Cut Tari.

Khusus kasus yang sifatnya negatif begitu cepat informasi itu merambat, yang memang karena sifatnya inovasi broadband meluas dan cepat. Kasus negatif ini bisa menjalar ke lebih 100 juta penduduk hanya dalam waktu kurang dari satu minggu. Inilah yang dikawatirkan oleh sebagian besar masyarakat, karena dianggap mempengaruhi tata hidup atau yang lebih dikenal peradaban manusia ke depan.

Inovasi Broadband

Berbicara tata hidup atau tata kelola, maka ada dua komponen penting yang bisa mempunyai peran, yaitu pemerintah (structural) dan masyarakat itu sendiri (cultural). Pemerintah yang mempunyai mandat dari rakyat bisa mengatur (govern) melalui undang-undang dapat melakukan pengaturan sesuai dengan kewenangannya.

Sementara masyarakat bisa melakukan inisiasi pengorganisasian diri (self organize) untuk membangun komunitas yang lebih baik. Inilah suatu tantangan keseimbangan yang penting dari peran pemerintah dan masyarakat dalam membangun peradaban bangsa yang lebih baik.

Inovasi TIK bisa menghasilkan nilai kemajuan positif baik ditinjau dalam ekonomi maupun sosial jika pengaturannya tepat sasaran. Kapan pemerintah melakukan inisiatif, kapan masyarakat melakukan pengontrolan, atau malah fungsi pemerintah memberikan insentif terhadap komunitas/masyarakat.

Contoh sederhana adalah dalam hal mengatur inovasi broadband konten, sejauh mana peran pemereintah, operator, ISP dan masyarakat itu sendiri, sehingga terjadi pembangunan sosial yang lebih baik.

Selanjutnya inovasi penggelaran jaringan broadband apakah Wimax 16 e, LTE, atau saling melengkapi, bagaimana kandungan lokal yang perlu diatur, bagaimana insentif pengembangan industri. Juga bagaimana mengatur frekuensi termasuk biaya penggunaannya agar biaya murah dan ekonomi masyarakat tumbuh.

Nilai ekonomi secara langsung yang bisa dihasilkan oleh inovasi broadband TIK dalam 10 tahun ke depan diperkirakan lebih dari Rp 500 triliun. Belum lagi efek produktivitas dan efektivitas nasional yang bisa dibangun yang juga merupakan esensi dari penerapan TIK.

Kalau dulu ada pendapat pembangunan satu satuan sambungan telepon per seratus penduduk bisa meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional dua hingga tiga persen. Ada berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa pembangunan pita lebar sebagai basis pengetahuan akan meningkatkan produktivitas lebih dari dua digit, seperti di Korea dan China.

Pendek kata, dalam memanfaatkan Inovasi Broadband, pengaturan baik dari sisi pemerintah dan komunitas perlu diperhatikan dengan baik. Hanya saja kadang dan sering terjadi adalah kepentingan komunitas terlalu banyak, maka ‘leadership’ pemerintahan menjadi lebih diperlukan.

Demikianlah, suatu generasi baru yang kita sebut sebagai C Generation, yaitu generasi yang akan saling connected, melalui media convergen akan bisa melakukan kolaborasi untuk mengahasilkan creative content telah datang. Pengembangan contextual perlu dilakukan secara arif oleh segenap elemen masyarakat, pemerintah dan industri.

*) Penulis, Suhono Harso Supangkat adalah Guru Besar Teknologi Informasi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB.

About cheria

just ordinary people
This entry was posted in Knowledge Management, Popular Topic. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *