SHOULD INNOVATION MANAGED BY TOP DOWN/BOTTOM UP/MIDDLE-UP DOWN MECHANISM?

Beberapa catatan pada The Indonesian tentang “Kepemimpinan Seri 2010” dan “Inovasi Bisnis Forum 2010”

Selama dua hari terakhir, saya telah menghadiri dua pertemuan yang menarik tentang topik-topik yang terkait dengan inovasi.

–>Pertemuan pertama (21 April, 2010), adalah “Kepemimpinan Seri 2010” yang diselenggarakan oleh QB Leadership Center, Indonesia.

Pembicara pertama adalah Martha Tilaaar, Pendiri dan Ketua kelompok Martha Tilaar, menekankan pengalamannya pada pengetahuan asli obat tradisional Indonesia berubah menjadi modern dan inovasi produk. Pembicara kedua adalah Betty Alisjahbana, mantan CEO IBM Indonesia, saat ini CEO dan Ketua QB International, mempresentasikan pengalaman-pengalamannya pada Inovasi dan Kepemimpinan serta melakukan bercerita pada isu “Inovasi di Google – IBM pendekatan inovasi – Menciptakan iklim Inovasi ”


–>Pertemuan kedua (22 April Januari 2010) adalah “Business Innovation Center (BIC) Forum 2010” diketuai oleh Kristanto Santosa, Ketua BIC Indonesia.

 Pertemuan ini dihadiri oleh empat unsur Akademisi, Pengusaha, Pemerintah Indonesia dan Masyarakat masing-masing. Topik sebelah “2010 Innovation Award Indonesia” adalah rencana untuk membangun BIC Dewan Pengurus dalam hal bagaimana inovasi bisa dikelola


–>Apa yang begitu menarik dengan pandangan saya di sini sebagai mungkin juga dengan lainnya kebanyakan dari kita, adalah Inovasi yang di Manajemen Pengetahuan (KM) adalah sebuah entitas dalam Belajar (proses) dan domain


Pertumbuhan bisa dikelola dengan pendekatan struktural atau mekanisme top down atau membiarkannya memupuk oleh orang-orang diri mereka sebagai pendekatan bottom up. Atau kita harus menggunakan mekanisme hibrida karena beberapa orang yang disebut “menengah atas ke bawah mekanisme”? Jika begitu, bagaimana kita mengembangkan lebih lanjut fungsi dan struktur organisasi?

Disadur dari :  http://mobeeknowledge.ning.com

 

Menurut Analisa saya :

Inovasi bisa di lakukan dengan mekanisme top down (dari atasan ke bawahan) , bottom up (bawahan yang memberikan ide pada atasan), atau middle-up-down (dimana atasan atau bawahan memiliki hak sama untuk berinovasi)….

Akan tetapi menurut saya, suatu gerakan inovasi berpengaruh dari culture suatu organisasi.  Culture yang membentuk para staff atau organisasi menjadi lebih kreatif dan berinovasi… Culture yang kaku dan terlalu banyak aturan akan mengekang kebebasan karyawan untuk berinovasi dan berkreasi…Culture suatu organisasi dibentuk oleh pemimpin suatu perusahaan. Karena itu terlihat seakan-akan innovation diatur menggunakan top down mekanisme…

About cheria

just ordinary people
This entry was posted in Case Study Knowledge Management, Knowledge Management. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *